Model Pembelajaran Cooperative Learning
Model Pembelajaran Cooperative Learning. Model pembelajaran cooperative learning dikembangkan salah satunya oleh Robert E. Slavin (Johnson, 1990). Model pembelajaran cooperative learning membagi siswa dalam kelompok-kelompok diskusi, di mana satu kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, masing-masing kelompok bertugas menyelesaikan/memecahkan suatu permasalahan.
Model
pembelajaran cooperative learning ada Beberapa karakteristik pendekatan cooperative learning, antara lain:
1) Individual Accountability, yaitu; bahwa setiap individu di dalam kelompok mempunyai
tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok,
sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentu-kan oleh tanggung jawab setiap
anggota.
2) Social Skills, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan mendidik
siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan
kelompok. Keterampilan ini mengajarkan siswa untuk belajar memberi dan
menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, menghormati hak orang lain dan
membentuk kesadaran sosial.
3) Positive Interdependence, adalah sifat yang menunjukkan saling ketergantungan satu
terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. Keberhasilan kelompok
sangat ditentukan oleh peran serta anggota kelompok, karena siswa berkolaborasi
bukan berkompetensi.
4) Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok
secara bersama-sama.[1]
Langkah-langkahnya:
a) Guru merancang pembelajaran,
mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam
pembelajaran. Guru juga menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan sosial
yang diharapkan dapat dikembangkan dan diperlihatkan oleh siswa selama
berlangsungnya pembelajaran. Guru dalam merancang materi tugas-tugas yang
dikerjakan bersama-sama dalam dimensi kerja kelompok.
b) Dalam aplikasi pembelajaran di
kelas, guru merancang lembar observasi kegiatan dalam belajar
secara bersama-sama dalam kelompok kecil. Dalam menyampaikan materi, pemahaman
dan pendalamannya akan dilakukan siswa ketika belajar secara bersama-sama dalam
kelompok. Pemahaman dan konsepsi guru terhadap siswa secara individu sangat
menentukan kebersamaan dari kelompok yang terbentuk.
c) Dalam melakukan observasi
kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual
maupun kelompok, dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku
siswa selama kegiatan belajar.
d) Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Guru juga memberikan beberapa
penekanan terhadap nilai, sikap, dan perilaku sosial yang harus dikembangkan
dan dilatihkan kepada para siswa.[2]
[1]
Yager, R.E., (1992) The Constructivist
Learning Model: A must for STS Classroom the Sattus of Science Technology
Socity. Reform efforts around the world. IOWA University.
[2]
Robert E. Slavin (Johnson, 1990). Model Cooperative learning
Terima kasih. Bermanfaat
ReplyDelete